Skip to main content

Psychopath [Chapter Five]

Setelah memberitahukan hal ini kepada Pak Ujang – satpam sekolah – mereka memutuskan untuk melapor kepada petugas kepolisian. Tempat kejadian perkara pun digeledah hari itu juga.
Polisi sama sekali belum menyimpulkan bahwa ini merupakan kasus penting. Mereka memang sama curiganya dengan Zafran dan Kanaya, namun mereka belum berani mengambil kesimpulan. Bisa jadi ini hanya masalah biasa.
Mereka semua masih berpikir positif terhadap semua yang terjadi. Mungkin saja itu kaca itu pecah karena bola kasti. Namun, berita buruk baru terdengar keesokan harinya.
Disty hilang!
Tas dan beberapa barang miliknya ditemukan berada tak jauh dari gudang. Polisi kembali datang, dan mengamankan gudang tersebut. Kinara, Luna, Angela, Zafran dan Kanaya pun dipanggil untuk memberi kesaksian di kantor polisi setempat.
Menurut Kinara, ia terakhir kali melihat gadis itu ketika ia meminta izin untuk pergi ke toilet. Awalnya, ia sama sekali tak curiga.
Setengah jam nyaris berlalu, namun Disty tak kunjung muncul juga. Kinara, Luna, dan Angela, memutuskan untuk menacari Disty. Siang itu memang hanya mereka berempat yang berkumpul. Clara dan Calya sudah pulang terlebih dahulu.
Rupanya usaha pencarian mereka sia – sia. Disty sama sekali tidak terlihat. Menyerah, ketiganya pun berpikir bahwa Disty sudah pulang terlebih dahulu, meninggalkan mereka. Lagi pula, ketika ke toilet Disty membawa semua barang – barangnya. Besar kemungkinan bahwa ia sudah pulang.
Kinara, Luna dan Angela pun memutuskan untuk pulang karena hari sudah semakin sore. Luna dan Angela terlebih dahulu pulang. Sedangkan Kinara yang sudah berjanji untuk pulang bersama Kanaya segera pergi ke kelas Kanaya.
Ia menemukan kelas itu berada dalam keadaan kosong. Semua bangkunya sudah dinaikkan, kecuali dua bangku yang terletak di tengah ruangan. Kinara menyimpulkan bahwa itu adalah bangku milik saudara kembarnya.
Kinara baru menaruh rasa curiga ketika ia menyadari bahwa kedua bangku tersebut berada dalam posisi yang acak-acakan. Kanaya pasti baru saja meninggalkan bangkunya dengan tergesa – gesa.
"Ketika kamu mencari Disty, apakah kamu mencarinya ke seluruh sekolah?" tanya seorang petugas polisi – yang diketahui bernama Pak Anto – kepada Kinara.
"Ya," jawabnya tanpa ragu, "Kami bertiga sudah mencarinya kemana-mana. Namun, kami tidak berhasil menemukan Disty."
"Lalu apakah kamu tidak melihat pintu gudang yang terbuka?" tanya Pak Anto lagi, "Kalau kamu mencarinya ke seluruh sudut sekolah, seharusnya kamu melihat pintu gudang yang terbuka."
"Memang," angguknya, "Saya pikir itu hanya petugas kebersihan yang sedang membersihkan gudang, jadi saya sama sekali tidak curiga."
"Oke, lanjutkan."
"Setelah saya sampai di kelas Kanaya, saya memutuskan untuk menunggu disana. Saya pikir ia sedang pergi ke toilet atau ke kantin. Jadi, saya mengeluarkan novel saya dan membaca di kelas itu.
"Ketika saya sudah membaca beberapa halaman, saya mendengar suara langkah kaki di koridor. Saya menengok dan mendapati Kanaya dan Zafran tengah berlari menuju keluar sekolah. Saya mencoba untuk memanggil mereka, namun mereka terus berlari.
"Lalu saya mengejar mereka hingga ke pos satpam. Mereka terkejut dengan kehadiran saya, dan menanyakan beberapa hal terkait peristiwa tersebut. Setelah polisi datang, kami langsung menuju gudang dan menggeledah ruangan. Kira – kira begitu kejadiannya," tuturnya.
"Dimana kalian berempat berkumpul saat itu? Apa kalian tidak mendengar suara kaca yang pecah?"
"Tidak," jawab Kinara, "Kami ada di kantin sekolah saat itu. Jaraknya lumayan jauh dari gudang. Kami sama sekali tidak mendengarnya."
Pak Anto mengetuk-ngetukkan bulpoinnya ke meja, "Dan terakhir kali kalian melihatnya adalah saat Disty pergi ke toilet dengan membawa barang- barangnya?"
"Benar," ucap Kinara, "Saya rasa ia sudah merencanakan untuk bertemu dengan orang itu. Kalau ia benar-benar ke toilet, seharusnya ia meninggalkan barang-barangnya. Lagi pula, saat saya pergi ke kamar mandi untuk mencarinya, saya bertemu dengan seorang petugas kebersihan dan menanyakan keberadaan Disty.
"Petugas kebersihan itu berkata bahwa ia memang melihat Disty beberapa saat sebelumnya, namun ia hanya mampir ke toilet sebentar, kemudian kembali berjalan menuju  koridor yang sepi. Begitu menurutnya," tuturnya.
"Bagaimana dengan kamera pengintai dan CCTV? Bukankah ada beberapa yang terpasang di sekolah kalian? Apa rekaman tersebut sudah diperiksa?"
Kinara mengangguk, "Sudah. Semuanya terbukti benar. Disty memang pergi ke toilet sebentar, namun setelahnya ia langsung pergi ke gudang. Dan lagi, rekaman itu menunjukkan bahwa ialah yang merusak kunci gudang dan membukanya."
"Baiklah, terima kasih atas keteranganmu," Pak Anto berdiri dari meja kerjanya, dan merapikan laporan yang baru saja ditulisnya, "Semoga ini bisa membantu kami untuk menemukan temanmu itu. Saya turut prihatin."
"Kabari saya jika ada kemajuan," Kinara dan kedua temannya bangkit berdiri dari kursinya.
***
"Menurut lo, apa yang terjadi sama Disty?" tanya Kanaya kepada saudara kembarnya. Kini mereka berdua sedang berada di kafe favorit mereka, mencoba untuk menenangkan hati dan pikiran mereka.
Kinara mengaduk caramel machiato miliknya, "Dia orang kaya," ujarnya pelan, "Penculiknya pasti minta uang tebusan."
"Tapi kalau misalnya itu bener terjadi, kenapa sampai sekarang belum ada pesan dari penculiknya?" tanya Kanaya.
"Entahlah," Kinara mengangkat bahunya, "Mungkin dia cari waktu yang tepat."
"Tapi kalau ini penculikan biasa, normalnya si penculik sudah telepon, kirim surat, atau kasih kabar kalau dia mau uang tebusan. Ini bukan penculikan biasa!" seru Kanaya.
Kinara memelototinya, membuat Kanaya sedikit meringis. Bahkan mereka berdua tak perlu melihat ke sekitar untuk mengetahui bahwa mereka baru saja menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung kafe.
"Terus kalau bukan penculikan biasa, menurut lo ini apa? Apa motifnya?" Kinara meletakkan kepalanya di atas meja, lelah.
"Tadi lo bilang, kalau dia sengaja pergi ke gudang dan ngerusakin gemboknya, kan? Dia pasti kesana buat ketemu sama seseorang. Kalau gitu, itu artinya dia kenal sama orang yang nyuruh dia buat ke gudang, kan? Dia jelas nggak mungkin mau kalau ada orang asing yang ajak dia ketemuan kayak gitu. Apalagi di gudang sekolah.
"Jadi gue rasa, ini berhubungan sama dendam," ujar Kanaya. Terlalu sering menonton Criminal Minds, Detektif Conan, Sherlock Holmes, dan Crime Scene Investigation membuat dirinya menjadi lebih terlatih untuk menghadapi kasus seperti ini.
Kanaya memainkan jemarinya di meja, "Sori banget gue harus ngomong ini, tapi menurut gue... kalian berenam udah keterlaluan."
Kinara menatap Kanaya sayu, matanya yang biasanya cemerlang kini kelihatan redup, "Gue tahu," lirihnya, "Banyak orang yang nggak suka sama kita berenam. Penculiknya bisa berarti siapa aja.
"Oke, gue tahu selama ini kita memang udah keterlaluan. Tapi, lo sendiri tahu Disty kan? Dia cewek baik-baik. Dia yang paling baik di antara kita berenam. Bahkan kalau dibandingkan sama Luna yang baru gabung, Disty jauh lebih kalem," tukasnya.
"Iya, gue ngerti... Yang bisa kita kerjakan cuma berdoa semoga Disty baik-baik aja, kan?" ujar Kanaya.
"Nay.." Kinara mengangkat kepalanya dari meja. Ia menatap lurus ke bola mata Kanaya.
"Ya? What's wrong?" Kanaya bersumpah ia melihat sekelebat kilatan aneh di mata saudara kembarnya itu.
"Bantu gue memperbaiki diri..." ucapnya pelan, "Gue... ngerasa nggak tenang gara-gara kejadian ini, Naya. Gue takut."
Kanaya meraih tangan Kinara, dan menggenggamnya, "Semuanya bakal baik-baik aja, kok. Percaya sama gue."

Comments

Promo Menarik Hari Ini

Popular posts from this blog

Resensi Novel Matahari

  Judul novel: Matahari Penulis: Tere Liye Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit: 2016 Cover: Orkha Creative ISBN 978-602-03-3211-6 Tebal: 400 halaman Sinopsis: Novel ini menceritakan tentang perjalanan tiga orang remaja, yaitu Raib, Seli, dan Ali di Klan Bintang. Mereka berasal dari klan yang berbeda. Raib yang berasal dari Klan Bulan dapat menghilang. Seli yang berasal dari Klan Matahari mampu mengeluarkan petir dari tangannya. Sedangkan Ali yang berasal dari Klan Bumi adalah anak yang jenius dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Karena rasa ingin tahu itulah, ia mencoba mencari tahu tentang Klan Bintang yang keberadaannya tidak diketahui seorangpun. Dari hasil pencariannya, ia hanya menemukan informasi bahwa salah satu cara untuk pergi kesana adalah dengan menggunakan buku kehidupan milik Raib. Ali pun mengajak Raib dan Seli untuk pergi ke Klan Bintang. Namun, ide itu ditolak mentah mentah oleh mereka karena Raib telah berjanji untuk tidak men...

Resensi Novel Autumn in Paris

  Rangkuman Buku Nonfiksi : Autumn in Paris AUTUMN IN PARIS oleh Ilana Tan GM 401 07.028 © Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Kompas Gramedia Building, Blok I Lantai 5 Jl. Palmerah Barat 29 - 37, Jakarta 10270 Desain dan ilustrasi cover oleh yustisea.satyalim@gmail.com Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI Jakarta, Juli 2007 Cetakan kesembilan belas : Maret 2012 Cetakan keduapuluh : Mei 2012 Cetakan keduapuluh satu : November 2012 Cetakan keduapuluh dua : Februari 2013 Cetakan keduapuluh tiga : Agustus 2013 Cetakan keduapuluh empat : November 2013 272 hlm; 20 cm ISBN: 978 - 979 - 22 - 3030 - 7 Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta ----------------------------------------------------------- Isi di luar tanggung jawab Percetakan Bab 1: Ruangan penyiar tersebut sudah sepi sejak satu jam yang lalu. Namun, Tara Dupont masih duduk bersandar di kursi dengan ekspresi sebal. Tara me...

Psychopath [Chapter Seven]

Awan kelabu berarak satu sama lain. Gulita menggantung di atas langit, seakan enggan untuk beranjak dari sana. Tidak terlihat lagi siluet senja di sore hari nan menawan. Hujan rintik-rintik turun membasahi bumi, seakan menyampaikan bela sungkawa darinya. Suasana yang muram menyelimuti proses pemakaman Disty. Setelah menjalani proses autopsi dan segala macam, ia dimakamkan pada hari itu juga. Sesuai kesepakatan keluarga, ia dimakamkan di taman pemakaman umum. Memang, pada awalnya kedua orang tuanya berniat menguburkannya di makam keluarga. Namun, akhirnya mereka memutuskan untuk memakamkan Disty disana agar ia tidak merasa 'sendirian'. "Gue turut berduka cita ya, Nara," Rafael berbisik pada Kinara. Kinara tetap menunduk, menyembunyikan paras cantiknya yang kini dibanjiri air mata. Baru kali ini ia merasakan kehilangan seorang sahabat untuk selama-lamanya. Tidak pernah sekalipun terlintas di benaknya bahwa Disty akan meninggalkannya untuk selama-...